Breaking

Rabu, 29 April 2015

Ayam Hutan Merah nenek moyang ayam peliharaan

Dalam dunia ilmu pengetahuan, ayam hutan digolongkan ke dalam suku Phasianidae, suatu kelompok burung berbadan besar yang banyak menghabiskan waktunya di permukaan tanah. Jantan berbulu sangat indah. Sebaliknya, betina berwarna suram. Saat musim berbiak, pejantan akan sibuk berlenggak-lenggok, memperlihatkan keelokan bulunya dengan gerakan tertentu, untuk memikat sang betina pujaan hati.
Selain bulunya yang indah, burung dalam familia Phasianidae juga sering mengeluarkan suara yang nyaring dan merdu. Kaki dilengkapi taji yang runcing untuk mengais permukaan tanah dan bertarung memperebutkan betina.
Sarang dibangun dari ranting dan daun-daun kering di atas tanah. Saat senja, burung jantan dan betina yang tidak mengeram, akan terbang ke atas pohon untuk tidur sekaligus menghindari pemangsa. Kerabat dekat ayam hutan dalam suku ini meliputi: burung Puyuh, Sempidan, Kuau dan Merak.
Saat ini terdapat 4 spesies ayam hutan yang semuanya hanya tersebar di Asia (Gambar 1). Keempat jenis ayam hutan tersebut adalah:
  1. Ayam hutan merah/Red Junglefowl (Gallus gallus, Linnaeus, 1758)
  2. Ayam hutan abu-abu/Grey Junglefowl (Gallus sonneratii Temminck, 1813)
  3. Ayam hutan Srilangka/Ceylon Junglefowl (Gallus lafayetii, Lesson 1831)
  4. Ayam hutan hijau/Green Junglefowl (Gallus varius Shaw, 1798)

Gambar 1. Jenis-jenis ayam hutan Jantan. Searah jarum jam: Ayam hutan abu-abu Gallus sonneratii (kiri atas), Ayam hutan merah Gallus gallus (kanan atas), Ayam hutan Srilangka Gallus lafayetii (kanan bawah) dan Ayam hutan hijau Gallus varius (kiri bawah).
Ayam hutan jantan dan betina, mempunyai bentuk tubuh yang sangat berbeda (sexual dimorfism). Untuk memikat betina saat musim berbiak, jantan dilengkapi warna bulu dan ornamen tubuh yang sangat indah oleh Sang Pencipta.
Kepala ayam hutan dilengkapi dengan jengger/pial beraneka rupa bak mahkota raja. Satu atau dua gelambir tumbuh menjuntai indah di bawah dagu yang menambah wibawa. Bulu di leher, punggung dan sayap tumbuh memanjang dengan kombinasi warna merah, kuning dan hijau yang sangat cerah. Warna gelap yang berkilauan menjadi latar belakang, mendominasi bagian bawah tubuh.
Bulu di ekor terbentuk sangat rapi, berwarna gelap dengan deretan bulu besar yang tersusun sedemikian rupa. Dua bulu yang berada di puncak ekor tumbuh sangat panjang dan melengkung berbentuk bulan sabit yang indah. Sepasang taji yang sangat runcing, tumbuh di kedua kaki sebagai senjata andalan. Ayam betina pun, dijamin akan “klepek-klepek“ alias terkesima, melihat penampilan sang pejantan yang demikian tampan, seperti tampak pada Gambar 1 di atas.

Gambar 2. Jenis-jenis ayam hutan betina. Ayam hutan abu-abu Gallus sonneratii (kiri) dan Ayam hutan merah Gallus gallus (kanan).
Berbeda dengan jantan, tampilan ayam hutan betina terlihat begitu suram. Warna tubuh didominasi oleh kombinasi warna coklat, kuning gelap dengan sedikit campuran warna hitam dan putih di sekujur tubuh.
Warna bulu betina yang suram ini, merupakan adaptasi untuk memudahkan penyamaran (kamuflase), agar terhindar dari predator seperti kucing hutan, musang, ular sanca dan binatang buas lainnya. Warna bulu betina yang serupa warna tanah ini sangatlah menguntungkan, terutama saat ayam betina harus diam mengerami telurnya, dalam sarang yang berada di atas tanah.

Gambar 3. Jenis-jenis ayam hutan betina. Ayam hutan hijau Gallus varius (kiri) dan Ayam hutan Srilangka Gallus lafayetii (kanan).
1. Ayam hutan Merah/Red Junglefowl (Gallus gallus Linnaeus, 1758)
Ayam hutan merah adalah jenis ayam liar yang paling dikenal. Daerah sebarannya sangat luas, mulai dari bagian timur Pakistan, India utara dan timur, Myanmar, barat daya Yunnan (RRC), Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Guangxi dan Pulau Hainan (tenggara RRC) hingga Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa dan Bali. Ayam ini kemudian diintroduksi ke Kalimantan, Filipina, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Tepian hutan dengan semak terbuka diselingi perdu, menjadi habitat favorit bagi ayam hutan merah.

Gambar 4. Bagian-Bagian tubuh Ayam hutan merah yang Asli. Bulu penutup ekor (lingkaran kuning) harus berjumlah 4

Ayam hutan merah termasuk jenis burung berukuran sedang hingga besar. Panjang total jantan berkisar antara 65-75 cm dengan kisaran berat 0,7 kg – 1,5 kg. Sedangkan betina memiliki panjang 40-45 cm dengan berat 0,5 – 1 kg.
Menurut MacKinnon et al. (2002), ciri-ciri ayam hutan merah jantan adalah jengger, muka dan gelambir berwarna merah, bulu leher terdiri dari kombinasi warna kuning, jingga, coklat dengan strip hitam vertikal di tengah, bulu tengkuk (tidak kelihatan di Gambar 4), penutup ekor dan penutup sayap berwarna hitam bercampur hijau atau biru perunggu.
Bulu mantel berwarna coklat berangan, bulu ekor panjang, dengan warna hitam bercampur hijau berkilauan. Tubuh bagian bawah juga berwarna hitam kehijauan. Kaki abu-abu kebiruan dengan taji yang melengkung dan runcing.  Secara sederhana, bagian-bagian tubuh ayam merah dapat dilihat pada Gambar 4 di atas.

Gambar 5. Sepasang Ayam hutan merah. Jantan (kiri) dan betina (kanan). Sumber: http://redjunglefowl.webs.com/idealspecimens.htm
Ayam hutan merah betina berwarna coklat suram. Bulu leher kuning kecoklatan dengan coretan hitam vertikal di tengah bulu. Ayam hutan betina yang masih asli sama sekali tidak memiliki jengger, gelambir dan taji.  Kalaupun ada, ukuran jengger dan gelambirnya sangat kecil. Profil ayam hutan merah jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 5 di atas.

Gambar 6. Ayam hutan merah jantan sedang berkokok di atas pohon. Sumber: http://redjunglefowl.webs.com/idealspecimens.htm
Kukuruyuuuuuuk….. Ayam hutan jantan akan berkokok nyaring dari atas pohon, saat mentari mulai muncul di batas cakrawala. Kokoknya keras tapi tidak sepanjang kokok ayam kampung. Kokok ayam hutan juga tidak sepagi ayam kampung yang mulai berkokok sejak dinihari. Hal ini untuk menghindari datangnya hewan pemangsa, saat hari masih gelap. Jika tanah sudah benar-benar terang, ayam hutan akan turun menuju semak terbuka untuk mencari makan.
Ayam jantan memiliki beberapa macam suara kokokan dan panggilan yang kompleks. Kokok yang nyaring berfungsi untuk menegaskan kehadiran ayam jantan di tempat tertentu atau sebagai peringatan terhadap ayam jantan lain agar tidak melanggar batas teritorial. Saat menemukan makanan, ayam jantan akan memanggil betinanya dengan suara tertentu untuk mendekat agar lebih mudah dirayu. Jika melihat burung elang atau hewan pemangsa lainnya, ayam jantan akan memekik keras mengeluarkan nada peringatan.

Gambar 7. Ayam hutan merah jantan asli dengan tipe cuping berwarna merah, sedang mengais tanah mencari makan. Sumber: http://redjunglefowl.webs.com/idealspecimens.htm
Setelah turun dari pohon, ayam hutan akan segera sibuk mengais tanah dan serasah dedaunan untuk mencari serangga, biji-bijian, bunga, buah-buahan yang jatuh dari pohon, pucuk rumput dan hewan kecil lainnya (Gambar 7). Kadang-kadang, ayam hutan akan menelan beberapa butir pasir, untuk membantu mencerna biji-bijian dalam temboloknya.
Ayam jantan dewasa yang dominan, biasanya akan mencari makan dengan beberapa selir betinanya. Ayam betina yang memiliki anak yang baru menetas, cenderung agresif dan sedikit menjaga jarak dari ayam dewasa lainnya. Sedangkan pejantan dan betina muda, kadang-kadang soliter atau berkelompok menurut jenis kelaminnya masing-masing.

Gambar 8. Dua ekor ayam hutan jantan sedang bertarung. Sumber: http://redjunglefowl.webs.com/idealspecimens.htm.
Saat musim berbiak tiba, ayam jantan akan bertarung memperebutkan betina atau mempertahankan daerah teritorialnya (Gambar 8). Ayam jantan terkuat akan mendapatkan daerah teritorial yang lebih baik dan menarik perhatian beberapa ekor ayam betina.
Ayam jantan dominan akan lebih sering berkokok di daerah kekuasaannya. Daerah teritorial ini berukuran antara 500 m² hingga 1 km². Ayam jantan yang berpengalaman cenderung menghindari perkelahian dan tidak akan melewati batas teritori pejantan lainnya, meskipun itu hanya berjarak 1 m dari batas daerah kekuasaannya.
Kemampuan berkelahi ayam hutan jantan tergolong sangat baik. Serangannya cepat. Gerakan kakinya juga gesit saat menghindar. Kelihaiannya dalam melompat dan bertempur di udara, jauh di atas rata-rata ayam domestik. Gaya bertarungnya sangat indah seperti ayam Filipina. Namun, bobot tubuhnya yang ringan menyebabkan ayam hutan tidak tahan pukul. Ayam hutan juga takut menghadapi ayam domestik yang berukuran jauh lebih besar seperti ayam kampung atau ayam Bangkok.
Perkelahian umumnya terjadi antara pejantan dominan dan pejantan muda dari kelompok yang sama atau pejantan muda dari luar kelompok saat musim kawin. Jika pejantan muda mulai sering berkokok, pejantan dominan akan segera mengusir pejantan muda dari daerah kekuasaannya. Jika pejantan muda cukup kuat, akan terjadi perkelahian. Tidak jarang, perkelahian ini akan berakhir dengan kematian salah satu pejantan, akibat hujaman taji lawan.
Bagi ayam betina, memilih pejantan yang paling kuat adalah syarat mutlak untuk hidup di alam liar.  Pejantan terkuat akan menghasilkan keturunan yang lebih baik, dapat memberikan perlindungan dari predator karena tingkat kewaspadaannya yang tinggi dan memperoleh akses bahan makanan yang lebih banyak di daerah teritorial yang lebih luas.
Berdasarkan siklus reproduksinya, Ayam hutan merah menjalani 3 fase berbiak. Fase pertama adalah musim kawin, fase kedua musim bertelur/mengeram dan fase ketiga adalah fase membesarkan anak.
Pada musim kawin, bulu tumbuh sempurna dan berwarna indah. Konsentrasi hormon testoteron pejantan meningkat. Ayam menjadi lebih agresif, sering berkokok untuk menarik perhatian betina dan mudah terprovokasi pejantan lain. Pada musim ini, ayam hutan jantan sangat mudah ditangkap dengan umpan ayam pekatik.
Agresifitas pejantan akan menurun saat musim bertelur tiba. Pejantan lebih sering mendampingi ayam betina menjelajah daerah teritori, mengais tanah dan mencari makan. Seringkali, pejantan mengabaikan provokasi pejantan lain, sehingga pada fase ini para penangkap ayam hutan dengan umpan pekatik akan pulang dengan tangan hampa.
Memasuki fase mengeram, ayam betina lebih banyak berdiam di sarang. Sedangkan  pejantan memasuki fase gugur bulu pada bagian lehernya. Bulu-bulu leher yang panjang berwarna kuning keemasan akan rontok digantikan bulu pendek berwarna hitam. Pejantan jarang berkokok dan lebih banyak mengawasi sarang dari kejauhan.

Gambar 9. Sarang ayam hutan merah di habitat aslinya. Sumber: http://rimbundahan.org/(2005).
Ayam hutan merah membuat sarangnya di atas tanah (Gambar 9). Sarang ini berada di dalam semak-semak,  tertutup oleh serasah daun dan ranting yang kering, agar terlindung dari sengatan cahaya matahari dan hujan. Betina akan bertelur sebanyak 2-12 butir setiap musim berbiak (tergantung sub-spesiesnya). Telur ini akan dierami selama 21 hari atau lebih hingga menetas.

Gambar 10. Dua anak ayam hutan dan tiga anak ayam kampung umur satu pekan. Perhatikan bulu sayap yang tumbuh sangat cepat pada anak ayam hutan. Bulu sayap ini berwarna putih abu-abu. Sayap anak ayam kampung tumbuh lebih lambat dan tetap berwarna coklat. Sumber: http://ayamhutan.tripod.com/junglefowl.html.


|______________Iklan____________________________________________________________________________________________________________________________________________|
Bagi teman-teman yang ingin mendapatkan penghasilan dengan berjualan barang tanpa memiliki produk, tidak usah bingung,daftar saya menjadi member di supplier anda sudah dapat berjualan dengan menjual barang-barang yang tersedia di supplier tanpa repot-repot memiliki modal yang besar, untuk mendaftar klik gambar di bawah !!!

|______________Iklan_____________________________________________________________________________________________________________________________________________|
ads

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox