Tentu di jaman serba teknologi seperti sekarang sering kita lihat di media sosial yang menjual ayamnya dengan berbagai gaya marketing mereka. Ada dengan gaya cuek sampai dengan gaya detail sehingga peminat sudah tidak perlu lagi bertanya kecuali negosiasi harga.
Namun tanpa kita sadari itu semua adalah informasi subjektif penjual, bisa dibilang strategi pemasaran agar cepat laku. Karena sering di jumpai para pedagang tersebut sama sekali tidak memberikan ruang untuk pembeli menerima informasi yang objektif.
Namun tanpa kita sadari itu semua adalah informasi subjektif penjual, bisa dibilang strategi pemasaran agar cepat laku. Karena sering di jumpai para pedagang tersebut sama sekali tidak memberikan ruang untuk pembeli menerima informasi yang objektif.
Nah, berikut contoh hal subyektif yang di maksud:
1. Ayam Import
Saya sering membaca status seseorang di media penjualan online yang menyatakan bahwa ayam yang dijualnya adalah import? Bagaimana menentukan bahwa ayam tersebut import? Tidak ada ciri khusus pada fisik ayam import. Hal ini adalah subjektif dari si penjual. Pembeli yang getol mencari ayam import tentu akan sangat senang membaca keterangan tersebut dan akhirnya membeli ayam yang dijual.
2. Ayam F1
Pengertian ayam F1 sampai saat ini masih terjadi perbedaan pendapat satu dengan yang lainnya. Biasanya perbedaan ini berdasarkan perbedaan persepsi atas idenya sendiri. Sebagian orang yang fanatik mengatakan F1 adalah anakan import yang diternak di lokal. Namun bagi mereka yang berfikir moderat, F1 tidak harus anakan import. Mana saja yang menjadi keturunan awal dari ayam yang menjadi tolakan batas keturunan paling atas.
Dengan perbedaan pendapat pengertian F1 ini, banyak pedagang yang menggunakan istilah F1 untuk mendongkrak sisi penjualannya. Kalaupun benar anakan tersebut adalah F1, apa jaminan bahwa anakan tersebut benar-benar F1 yang dimaksud? tidak ada sebuah dokumenpun yang mendukung kebenaran F1 ayam yang dijual.
3. Ayam Win
Ayam menang sekian kali adalah subjektif. Pembeli sama sekali tidak mengetahui kebenaran berita kemenangan tersebut tersebut. Kemenangan biasa digunakan untuk menambah keyakinan pembeli agar menjatuhkan pilihannya kepada ayam tersebut. Pembeli menganggap, kalau ayam yang sudah menang berarti setidaknya lebih teruji daripada ayam yang belum mempunyai rekor kemenangan.
Penjual akan kesulitan membuktikan kemenangannya jika ditanya tentang informasi tersebut. Kemenangan terlalu tabu untuk dijadikan sebuah tolak ukur kualitas ayam. Pasalnya, ayam menang tergantung pada banyak faktor. Faktor lawan tanding, faktor rawatan, faktor kesehatan, faktor cuaca, bahkan faktor keberuntungan pun bisa menentukan kemenangan seekor ayam.
4. Ayam Pukul KO atau Pukul Syaraf
Pukul KO sering kali digunakan penjual untuk menarik perhatian calon pembeli. Namun sayangnya, setelah ayam tersebut dibeli sama sekali tidak mengeluarkan pukulan KO nya. Prestasi paling tinggi, pukulannya sakit, namun tidak sampai pada tahapan KO.
Permasalahan ini sebenarnya tidak sepenuhnya salah penjual. Pembeli juga ikut andil dalam permasalahan yang ada. Pembeli tidak mengetahui bahwa ayam pukul KO membutuhkan berbagai syarat untuk mengeluarkan pukulan KO-nya.
1. Ayam Import
Saya sering membaca status seseorang di media penjualan online yang menyatakan bahwa ayam yang dijualnya adalah import? Bagaimana menentukan bahwa ayam tersebut import? Tidak ada ciri khusus pada fisik ayam import. Hal ini adalah subjektif dari si penjual. Pembeli yang getol mencari ayam import tentu akan sangat senang membaca keterangan tersebut dan akhirnya membeli ayam yang dijual.
2. Ayam F1
Pengertian ayam F1 sampai saat ini masih terjadi perbedaan pendapat satu dengan yang lainnya. Biasanya perbedaan ini berdasarkan perbedaan persepsi atas idenya sendiri. Sebagian orang yang fanatik mengatakan F1 adalah anakan import yang diternak di lokal. Namun bagi mereka yang berfikir moderat, F1 tidak harus anakan import. Mana saja yang menjadi keturunan awal dari ayam yang menjadi tolakan batas keturunan paling atas.
Dengan perbedaan pendapat pengertian F1 ini, banyak pedagang yang menggunakan istilah F1 untuk mendongkrak sisi penjualannya. Kalaupun benar anakan tersebut adalah F1, apa jaminan bahwa anakan tersebut benar-benar F1 yang dimaksud? tidak ada sebuah dokumenpun yang mendukung kebenaran F1 ayam yang dijual.
3. Ayam Win
Ayam menang sekian kali adalah subjektif. Pembeli sama sekali tidak mengetahui kebenaran berita kemenangan tersebut tersebut. Kemenangan biasa digunakan untuk menambah keyakinan pembeli agar menjatuhkan pilihannya kepada ayam tersebut. Pembeli menganggap, kalau ayam yang sudah menang berarti setidaknya lebih teruji daripada ayam yang belum mempunyai rekor kemenangan.
Penjual akan kesulitan membuktikan kemenangannya jika ditanya tentang informasi tersebut. Kemenangan terlalu tabu untuk dijadikan sebuah tolak ukur kualitas ayam. Pasalnya, ayam menang tergantung pada banyak faktor. Faktor lawan tanding, faktor rawatan, faktor kesehatan, faktor cuaca, bahkan faktor keberuntungan pun bisa menentukan kemenangan seekor ayam.
4. Ayam Pukul KO atau Pukul Syaraf
Pukul KO sering kali digunakan penjual untuk menarik perhatian calon pembeli. Namun sayangnya, setelah ayam tersebut dibeli sama sekali tidak mengeluarkan pukulan KO nya. Prestasi paling tinggi, pukulannya sakit, namun tidak sampai pada tahapan KO.
Permasalahan ini sebenarnya tidak sepenuhnya salah penjual. Pembeli juga ikut andil dalam permasalahan yang ada. Pembeli tidak mengetahui bahwa ayam pukul KO membutuhkan berbagai syarat untuk mengeluarkan pukulan KO-nya.
5. Jual Karena Butuh Uang
Walau tidak banyak, namun ada terjadi penjual menjual karena butuh, biasanya sedang butuh uang. Pada dasarnya menjual apapun karena memang butuh. Dari butuh transaksi (memang pekerjaannya jual beli) sampai memang benar-benar butuh dana segar untuk kepentingan yang lebih mendesak.
Apapun alasannya, pembeli pada dasarnya tidak membeli karena kebutuhan penjual. Pembeli membeli sebuah produk karena mereka menginginkannya.
Itulah 5 contoh hal subjektif yang perlu di perhatikan dalam jual beli ayam petarung via online. Semoga bermanfaat. Salam sukses hobi ayam.
Walau tidak banyak, namun ada terjadi penjual menjual karena butuh, biasanya sedang butuh uang. Pada dasarnya menjual apapun karena memang butuh. Dari butuh transaksi (memang pekerjaannya jual beli) sampai memang benar-benar butuh dana segar untuk kepentingan yang lebih mendesak.
Apapun alasannya, pembeli pada dasarnya tidak membeli karena kebutuhan penjual. Pembeli membeli sebuah produk karena mereka menginginkannya.
Itulah 5 contoh hal subjektif yang perlu di perhatikan dalam jual beli ayam petarung via online. Semoga bermanfaat. Salam sukses hobi ayam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar